Kecemasan
merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum
terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun
kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam
(merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang
mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.
Kecemasan
dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum,
tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi
tersebut dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun,
gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung
lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme
tubuh.
Gangguan kecemasan diperkirakan diidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health
(2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan
kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Ahli psikoanalisa
beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan persepsi
diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam
ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut akan
perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang
dicintainya. Perasaan-perasaan tersebut terletak dalam pikiran bawah
sadar yang tidak disadari oleh individu.
Pendekatan-pendekatan
psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan
kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber
kecemasan mereka.
Kategori gangguan kecemasan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV
yang sering dibahas diantaranya adalah:
Gangguan panik tanpa agoraphobia
Gangguan panik dengan agoraphobia
Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic
Phobia spesifik
Phobia social
Gangguan obsesif-kompulsif
Gangguan stres pasca traumatic
Gangguan stres akut
Gangguan kecemasan umum
Gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi
GEJALA UMUM GANGGUAN KECEMASAN
Setiap
orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada
kondisi masing-masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah
sama. Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat
pada beberapa individu, lainnya sangat mengganggu.
· Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan
memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh
darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa
berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang
mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat
dibandingkan pada orang normal.
· Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan
meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat
merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan
sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini
kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi
sebelumnya.
· Rasa sesak napas
Ketika
rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang
menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek
seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
· Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
· Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual
· Gangguan tidur
· Tubuh gemetar
Gemetar
adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi
yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang
mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut
terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau lengan
maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
· Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat
· Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
· Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).
TIPE-TIPE GANGGUAN KECEMASAN
Anxiety disorder memiliki bebrapa pembagian yang lebih spesifik. diantaranya:
Fobia
Fobia
adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang
ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul
akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga
merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang
dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa
ketakutan itu tidak ada dasarnya.
Fobia
simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang
menderita kebanyakan wanita, dimulai semenjak kecil. Agorafobia: kata
yunani, agora=tempat berkumpul, pasar. Sekelompok ketakutan yang
berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut kerumunan,
takut bepergian. Banyak wanita yang menderita ini dimulai pada masa
remaja dan permulaan dewasa. Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi,
merenung, depresi, ketakutan menjadi gila. 90% dari suatu sampel: takut
tempat tinggi, tempat tertutup, elevator.
Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
Fobia Spesifik
Ketakutan
berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu,
misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap
ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia),
fobia terhadap kancing baju, dsb.
Fobia Sosial
Ketakutan
berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan
akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada
dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum,
ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
Penyebab:
Teori
Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id yang
direpres. Kecemasan: pindahan impuls id yang ditakuti ke objek/situasi,
yang mempunyai hubungan simbolik dengan hal tersebut, Menghindari
konflik yang direpres. Cara ego untuk mcnghadapi masalah yang
sesungguhnya konflik pada masa kanak-kanak yang direpres. Teori
Behavioral: hasil belajar kondisioning klasik, kondisioning operan,
modeling.
Obsesif Kompulsif
Seperti contoh Kasus dibawah ini:
X
adalah seorang remaja madya yang saat ini sedang sekolah disuatu SMA
Negeri. Sudah beberapa hari ini ia mempunyai kebiasaan aneh yang tidak
bisa ia hentikan. Kebiasannya adalah mencuci tangannya lebih dari 10x
dalam satu hari. Teman-temannya juga heran mengapa ia berperilaku
seperti itu. Ketika ia berkonsultasi kepada psikolog sekolahnya ia baru
tahu apa yang terjadi padanya. Psikolog menanyainya apa yang
menyebabkannya seperti itu, lalu X mulai menceritakan kejadian apa yang
sebenarnya ia lakukan. X adalah kakak dari A. Saat kecil keduanya pernah
bertengkar, X tanpa sengaja mengambil gunting dan menorehkannya ke
lengan adiknya,A. akibatnya lengan A terluka dan menyebabkannya cacat.
peristiwa ini membuatnya bersalah dan ia terus menerus memikirkan
kesalahannya ini (obsesif), dan tiap kali ia mengingatnya ia akan
mencuci tangannya berulang-ulang.
Berdasarkan
cerita diatas, kita bisa melihat bahwa obsesif adalah pemikiran yang
berulang dan terus-menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaan dari
pemikirannya tersebut. Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari
dosa pada orang tersebut. dengan mencuci tangan ia berharap bisa
membersihkan dari dosa yang telah ia perbuat. obsesif kompulsif ini
biasanya cenderung pada perilaku bersih-bersih. Perilaku seperti ini
sebenarnya banyak terjadi pada lingkungan kita tetapi, kita kadang malah
menganggap perilaku ini wajar.
Obsesi:
pikiran yang berkali-kali datang yang mengganggu - tampak tidak
rasional - tidak dapat dikontrol → mengganggu hidup. dapat berbentuk
keragu-raguan yang ekstrim, penangguhan tidak dapat membuat keputusan.
pasien tidak dapat mengambil kesimpulan.
Kompulsi:
impuls yang tidak dapat ditolak mengulangi tingkah laku ritualistik
berkali-kali. Kompulsi sering berhubungan dengan kebersihan dan
keteraturan. Penderita merasa apa yang dilakukannya asing.
Ada 5 bentuk obsesi:
Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara baik (75% dari pasien).
Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada kejadian yang akan datang (34% dari pasien).
Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).
Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang memalukan (26%)
Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).
Ada 2 macam Kompulsif/
Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali (61%).
Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan tersebut): mengontrol dorongan dengan berkali-kali menghitung sampai 10.
Penyebab:
Psikoanalitik: fiksasi masa anal. Adler: anak terhalang mengembangkan kompetensinya → rendah diri → secara tidak sadar mengembangkan ritual yang kompulsif untuk membuat daerah yang dapat dikontrol dan merasa mampu → membuat orang tersebut merasa menguasai cara menguasai sesuatu.
Psikoanalitik: fiksasi masa anal. Adler: anak terhalang mengembangkan kompetensinya → rendah diri → secara tidak sadar mengembangkan ritual yang kompulsif untuk membuat daerah yang dapat dikontrol dan merasa mampu → membuat orang tersebut merasa menguasai cara menguasai sesuatu.
Teori Belajar: Kondisioning operan. Tingkah laku yang dipelajari yang dikuatkan akibat-akibatnya. Terapi sama dengan fobia dan GAD.
Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma)
PTSD
merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami
oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam. PTSD
biasnya muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali
dengan ASD, jika lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat
mengembangkan PTSD.
Simtom dan diagnosis:
Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk:
perkosaan, peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang
yang sangat dicintai, melihat orang lain disakiti atau dibunuh. Akan
berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak dapat santai,
impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi, mati rasa;
hal-hal yang menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing
terhadap orang-lain dan yang lampau. Kalau trauma dialami bersama orang
lain, dan yang lain mati: ada rasa bersalah, sering terjadi mimpi buruk
atau gangguan tidur.
Gangguan
pasca trauma dapat akut, kronis atau lambat, trauma akibat orang,
perang, serangan fisik atau penganiayaan berlangsung lebih lama daripada
trauma setelah bencana alam. Simtom memburuk jika dihadapkan kepada
situasi yang mirip. Dapat terjadi pada anak dan orang dewasa. Simtom
pada anak: mimpi tentang monster atau perubahan tingkah laku. Riwayat
psikopatologi pada keluarga memegang peranan penting
Perlakuan: Dapat melalui terapi kelompok. Dengan cara ini penderita mendapatkan support dari teman-temannya.
GAD (Generalized Anxiety Desease: Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan)
Tanda-tanda:
kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan
terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh,
merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering
buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa
tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada
gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher
dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak
mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas akan
terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan
mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak
sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.
Penyebab: Psikoanalitik:
konflik antara impuls id dan ego yang tidak disadari. Impuls itu
seksual atau agresif → ingin keluar, dihalangi → tidak disadari → cemas.
Teori belajar: kondisioning klasik dari rangsang luar. Kognitif behavioral: memfokus kontrol dan ketidakberdayaan.
Terapi: psikomatis sama dengan fobia.
Gangguan Panik
Tanda-tanda:
sekonyong-sekonyong\sesak nafas, detak jantung keras, sakit di dada,
merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan
teror, ketakutan akan ada hukuman.
Depersonalisasi dan derealisasi:
perasaan ada di luar badan, merasa dunia tidak nyata, ketakutan
kehilangan kontrol, ketakutan menjadi gila, takut akan mati. Terjadinya:
sering, sekali seminggu atau lebih sering. Beberapa menit. Dihubungkan
dengan situasi khusus, misalnya mengendarai mobil. Laki-laki 0,7 %,
wanita 1%. 4 kali serangan panik dalam 4 minggu, Satu serangan diikuti
ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1 bulan. Serangan
panik dapat diikuti agorafobia, 80% penderita panik juga menderita
gangguan kccemasan yang lain. Sering juga ada depresi. Sering
penyebabnya gangguan fisiologis, misalnya gangguan jantung.
Penderita panik sering merasa bahwa penyakitnya parah → menyebabkan panik.
PENDEEKATAN PERSPEKTIF TEORITIS
Pada kategori diagnostic utama psikopatologi secara garis besar di bagi menjadi dua bagian yaitu neurosis dan psikosis.
Neurosis merupakan penyakit mental yang belum begitu menghawatirkan
karena baru masuk dalam kategori gangguan-gangguan, baik dalam susunan
syaraf maupun kelainan prilaku, sikap dan aspek mental lainnya. Dan
gangguan kecemasan merupakan psikopatologi yang neurosis.
Kecemasan
memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan
kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan
(Davison & Neale,2001, Kaplan, Sadock, & Grebb 1994)
mengemukakan takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai
tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman
yang jelas, berasal dari lingkungan dan tidak menimbulkan konflik bagi
individu sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri,
tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu. Menurut Davison
& Neale,2001 gangguan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam
hal intensitas durasi serta dampaknya bagi individu
Berdasarkan
sumbernya, Freud membedakan kecemasan menjadi dua yaitu kecemasan
realitas dan kecemasan neurotic. Kecemasan realitas adalah yang berasal
dari kecemasan yang nyata, sedangkan kecemasan neurotic yang berasal
dari motif dan konflik yang tidak disadari. Freud berpendapat kecemasan
neurotic muncul dari konflik intrapsikis, misalnya yang dijelaskan pada
fobia ketika dorongan id (seks & agresi) bertentangan dengan
tuntutan super ego atau dapat dikatakan dorongan id berlawanan dengan
tuntutan lingkungan eksternal, sehingga untuk menghindari sumber
kecemasan internal tersebut ego mengalihkannya ( melakukan displacement) kepada ancaman yang obyeknya bisa diperoleh dari lingkungan.
Sebagaimana
yang dikutip oleh Kaplan, Sadock, & Grebb (1994) mengemukakan bahwa
fungsi utama dari kecemasan adalah memberi tanda kepada ego bahwa
dorongan terlarang yang berasal dari ketidak sadaran akan muncul ke
kesadaran. Dan fobia adalah hasil dari upaya untuk
menghindar dari konflik yang direpres, dan kecemasan yang timbul
dialihkan pada obyek atau situasi yang memiliki hubungan simbolik
dengannya (yaitu stimulus yang ditakuti). Sedangkan pada gangguan cemas
menyeluruh (generalized anxiety disorder), dalam sudut pandang
psikoanalisa bersumber dari konflik tidak sadar antara ego dan impuls
dari id, yaitu ego yang menahan untuk memenuhi dorongan karena karena
khawair dengan hukuman yang diterima. Konflik antara id dan ego ini
berlangsung secara terus menerus, dan penderita tidak mampu
memindahkannya pada obyek tertentu seperti pada fobia, hal ini
menjadikan kecemasan muncul hamper setiap saat.
Dalam
pandangan Psikodinamika modern sepakat pada pandangan Freud tentang
gejala kecemasan merupakan pertahanan terhadap konflik, tapi sumber
kecemasan tidak terbatas pada dorongan biologis saja melainkan mencakup
tuntutan dan frustasi yang berasal dari lingkungan social dan hubungan
interpersonal. Misalnya seseorang yang tak berani berbicara didepan
umum, sumber masalahnya menurut teori ini adalah berasal dari perasaan
rendah dirinya. Orang dengan kepercayaan diri yang rendah akan merasa
cemas pada situasi dimana dia bisa dilihat, dinilai atau dikritik orang
lain, dan dia akan cenderung menghindari situasi tersebut. Psikodinamika
berasumsi bahwa bahwa gejala kecemasan hanyalah indicator adanya
masalah yang lebih mendalam dan tidak disadari.
Kemudian
pada behaviorisme lebih menekankan pada perilaku maladaptive tersebut,
perilaku maladaptive seperti gangguan fobia dapat dijelaskan dengan
prinsip belajar, antara lain:
UCS → CS → UCR
Modelling --- Ketakutan yang dipelajari atau didapat dari instruksi verbal/deskripsi dari orang
lain.
Devisit dalam ketrampilan social
Dalam teori ini dikatakan bahwa salah satu yang merupakan penyebab kecemasan adalah kurangnya ketrampilan social.
Pada
sudut pandang kognitif kecemasan berhubungan dengan kecenderungan untuk
lebih memperhatikan stimulus negatif, menginterpretasikan informasi
yang ambigu sebagai ancaman dan percaya bahwa peristiwa-peristiwa yang
tidak menyenangkan akan terjadi lagi dimasa mendatang (matthew dan Mc
Leod dalam Davison & Neale, 2001).
TERAPI GANGGUAN KECEMASAN
Pendekatan-pendekatan
psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan
kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber
kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui
beberapa pendekatan:
Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari
perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang
dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk
membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan
bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri
mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari
menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat
memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan
memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang
modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan
hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka
mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para
tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi
sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila
ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan
kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu
terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan
mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang
sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan
menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan
kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan
kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik.
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas
penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan
oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk
membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang
menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model
terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya:
Pemaparan Gradual
Metode
ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan
setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik.
Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini
sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual
juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat
bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus
yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu
ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat
tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk
menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat
bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil
kecemasan:
Rekonstruksi Pikiran
Yaitu
membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi
sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita
fobia.
Flooding
Yaitu
individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya
takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang
menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
Terapi Kognitif
Terapi
yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku
rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan
fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk
penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan
yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah
menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi
kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional.
Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada
seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan
bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup
mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat
logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi
secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah
restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien
mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka
bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi
ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan
tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa
gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT
antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan
kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut.
MENCEGAH KEMUNCULAN GANGGUAN KECEMASAN
Kontrol pernafasan yang baik
Rasa cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini disebabkan otak "bekerja" memutuskan fight or flight
ketika respon stres diterima oleh otak. Akibatnya suplai oksigen untuk
jaringan tubuh semakin meningkat, ketidakseimbangan jumlah oksigen dan
karbondiosida di dalam otak membuat tubuh gemetar, kesulitan bernafas,
tubuh menjadi lemah dan gangguan visual. Ambil dalam-dalam sampai
memenuhi paru-paru, lepaskan dengan perlahan-lahan akan membuat tubuh
jadi nyaman, mengontrol pernafasan juga dapat menghindari srangan panik.
Melakukan relaksasi
Kecemasan meningkatkan tension
otot, tubuh menjadi pegal terutama pada leher, kepala dan rasa nyeri
pada dada. Cara yang dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi
dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan, usahakanlah
menemukan kenyamanan selama 30 menit.
Intervensi kognitif
Kecemasan
timbul akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi permasalahan,
pikiran-pikiran negatif secara terus-menerus berkembang dalam pikiran.
caranya adalah dengan melakukan intervensi pikiran negatif dengan
pikiran positif, sugesti diri dengan hal yang positif, singkirkan
pikiran-pikiran yang tidak realistik. Bila tubuh dan pikiran dapat
merasakan kenyamanan maka pikiran-pikiran positif yang lebih konstruktif
dapat meuncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan dalam menyelesaikan
permasalahan.
Pendekatan agama
Pendekatan
agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran, kedekatan terhadap
Tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan-harapan
positif.
Dalam
Islam, sholat dan metode zikir ditengah malam akan memberikan rasa
nyaman dan rasa percaya diri lebih dalam menghadapi masalah. Rasa cemas
akan turun. Tindakan bunuh diri dilarang dalam Islam, bila iman semakin
kuat maka dorongan bunuh diri (tentamina Suicidum) pada simtom depresi
akan hilang. Metode zikir (berupa Asmaul Husna) juga efektif
menyembuhkan insomnia.
Pendekatan keluarga
Dukungan
(supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan. Jangan ragu untuk
menceritakan permasalahan yang dihadapi bersama-sama anggota keluarga.
Ceritakan masalah yang dihadapi secara tenang, katakan bahwa kondisi
Anda saat ini sangat tidak menguntungkan dan membutuhkan dukungan
anggota keluarga lainnya. Mereka akan berusaha bersama-sama Anda untuk
memecahakan masalah Anda yang terbaik.
Olahraga
Olahraga
tidak hanya baik untuk kesehatan. Olaharaga akan menyalurkan tumpukan
stres secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan, dan
memberikan rasa nyaman kepada diri Anda.
sumber :http://psikologi45.blogspot.com/2011/03/gangguan-kecemasan-anxiety-disorder.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar